• Jelajahi

    Copyright © Kupas Fakta
    Best Viral Premium Blogger Templates

     


    Iklan

    Mobile recent

    Tantangan Pendidikan Agama Islam

    Rabu, 07 Oktober 2020, Oktober 07, 2020 WIB Last Updated 2022-10-03T04:47:48Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini

     

    ROSLINA, S. Pd. I 
    Guru SDN 7 Bathin Solapan


    Oleh: ROSLINA, S. Pd. I 

    Guru SDN 7 Bathin Solapan


    Tantangan Pendidikan Agama Islam


             Upaya membangun pendidikan Islam berwawasan global bukan persoalan mudah, karena pada waktu bersamaan pendidikan Islam harus memiliki kewajiban untuk melestarikan, menanamkan nilai-nilai ajaran Islam dan dipihak lain berusaha untuk menanamkan karakter berbasis lokal. Upaya untuk membangun pendidikan Islam yang berwawasan global dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah yang terencana dan strategis dengan menangkap peluang dan bersiaga menghadapi tantangan masa depan. 

           Tantangan yang akan dihadapi oleh pendidikan Islam pada masa yang akan datang, menurut Sa’id Ismail Ali, bahwa umat Islam

    1. Kurang mampu menyeleksi informasi dan teori-teori mana yang maslahat untuk diaplikasi dan mana pula yang tidak.

    2. Gaya hidup hedonis, konsumtif dan fantatif akibat pengaruh era globalisasi dan era informasi.

    3. Berkiblat dan barometer kepada Negara maju secara fisikly padahal terbelakang pada aspek peradaban dan akhlak.

    Tantangan-tantangan tersebut bila disadari merupakan signal peluang yang menuntut para praktisi pendidikan untuk membuat formula, design, konsep, dan strategi pendidikan menjadi bersaing dalam ruang global yang meliputi tiga dimensi, yaitu ekonomi, politik, dan budaya. Ekonomi.

    Secara eksternal, kita pun menghadapi persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi. Globalisasi tidak hanya akan berlangsung dalam bidang ekonomi, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan lainnya terutama budaya. Globalisasi budaya yang arusnya makin deras akan membawa berbagai perubahan fundamental yang lebih komplek dibandingkan dengan globalisasi ekonomi. Kompleksitas itu timbul akibat masuknya berbagai budaya dari luar yang berinteraksi secara langsung dengan budaya bangsa kita yang ragamnya begitu besar. Pada gilirannya, transformasi budaya merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dipungkiri. Transformasi tersebut dipercepat oleh perkembangan teknologi. Melalui kemajuan teknologi, terutama teknologi komunikasi dan informasi, penetrasi budaya internasional itu semakin luas dan intensif.

           Oleh karena itu perjalanan bangsa kedepan akan menghadapi bebragai tantangan yang bukan berupa tantangan ekonomi, tetapi juga tantangan sosial dan budaya. Adapun tantangan-tantangan tersebut adalah : 

    a. Tantangan untuk menguasai dan mengembangkan teknologi

           Teknologi merupakan faktor yang sangat menentukan daya saing bangsa, karena teknologi menentukan kualitas, produktivitas, dan efisiensi. Teknologi berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, sehingga seringkali keduanya dilafalkan dalam satu nafas yakni ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Tingkat penguasaan iptek menentukan perbedaan dalam taraf kemajuan dan peradaban bangsa-bangsa di dunia.

    b. Tantangan menghadapi arus informasi dalam globalisasi

    Kemajuan teknologi yang semakin pesat berkembang dalam era globalisasi membuat dunia menjadi semakin terbuka dan memungkinkan derasnya arus pertukaran informasi melalui berbagai media seperti televisi dan internet dalam komputer atau handphone canggih di genggaman kita. Informasi dari berbagai penjuru dunia, baik yang positif maupun negatif, telah menembus batas-batas negara, bahkan menembus dinding-dinding rumah tangga dan keluarga kita.

           Tidak semua informasi yang masuk itu sesuai dengan nilai-nilai agama dan norma-norma budaya kita, bahkan tidak mustahil banyak yang membahayakan dan mengancam budaya dan kepribadian luhur bangsa. Ada gejala umum sebagai dampak negatif globalisasi yang harus kita waspadai.

           Demoralisasi, materialisasi, konsumerisme dan hedonisme serta egoisme dan individualisme makin menggejala bersamaan dengan melemahnya tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial. Semuanya jelas bertentangan dengan moral, agama, dan nilai-nilai budaya bangsa. Sebagian remaja dan pelajr saat ini telah terjangkiti pula oleh perilaku yang menyimpang dan bertentangan dengan nilai-nilai moral yang berkelanjutan dan meluas akan sangat mengancam masa depan bangsa yang kita cintai.

    c. Tantangan menyiasati modernisasi

           Proses modernisasi yang paling mendasar adalah modernisasi budaya. Dalam proses ini berlangsung pengenalan dan penyerapan nilai-nilai luar yang bersenyawa dengan nilai-nilai tradisional dan menciptakan nilai-nilai baru.

           Dengan kondisi budaya masyarakat Indonesia yang begitu beragam proses pembentukan nilai-nilai baru itu tidak berjalan secara sederhana. Sebagian masyarakat kita sudah berada pada era informasi, tetapi sebagian besar lagi masih hidup dalam tahap yang masih terbelakang. Secara budaya, bangsa Indonesia juga adalah bangsa yang majemuk dengan beragam suku, bahsa, adat-istiadat, dan agama. Kemajemukan itu disatu sisi merupakan kekayaan bangsa yang tidak ternilai dan merupakan sumber kekuatan bagi kehidupan bangsa, di sisi lain kemajemukan itu juga dapat menjadi potensi kerawanan yang memungkinkan timbulnya perpecahan.

           Dalam keadaan demikian, proses perubahan nilai akan menimbulan benturan-benturan dan goncangan-goncangan, bukan saja antara nilai-nilai luar dan nilai-nilai tradisional, tetapi juga antara nilai-nilai yang hidup dalma masyarakat kita sendidiri. Semuanya itu merupakan tantangan yang tidak dapat dihindari dan harus kita atasi dengan pendekatan yang tepat.

    d. Tantangan untuk mengatasi kesenjangan

           Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini, selain menghasilkan kemajuan, namun masih menyisakan kesenjangan baik antar kelompok ekonomi, antar daerah dan antar sektor. Dalam era yang makin terbuka dan bebas, potensi kesenjangan akan semakin besar, karena kemampuan untuk memanfaatkan peluang tidaklah sama, bahkan masih banyak masyarakat yang berkemampuan rendah karena rendahnya tingkat pendidikan. Kesenjangan ekonomi yang ditunjukkan dengan tingkat kesejahteraan yang jauh berbeda antar satu kelompok dengan kelompok yang lain dapat memicu terjadinya konflik sosial. Oleh karena keberpihakan kepada yang lemah harus senantiasa ditumbuhkan. Agama Islam yang berprinsip pada keadilan sosial mengajarkan hal tersebut. Bahkan menggolongkan seseorang yang tidak memperhatikan dan membantu yang lemah sebagai orang yang mendustakan agama.(*)

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini