• Jelajahi

    Copyright © Kupas Fakta
    Best Viral Premium Blogger Templates

     


    Iklan

    Mobile recent

    MONUMEN “JEJAK PERTAMA CPI DI DURI”

    Senin, 21 Juni 2021, Juni 21, 2021 WIB Last Updated 2022-10-03T04:47:01Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Tugu Nasi Kunyit Pagar Telur di Desa Balai Pungut.

    Penulis : H Syafrun Al Mandau. S,Sos (Sekretaris LAMR Kawasan Mandau, Provinsi Riau / Tokoh Masyarakat Melayu Mandau.


    Monumen ini berbentuk Tugu bertingkat lima yang diberi nama ”Tugu Nasi Kunyit Pagar Telur”. Nasi Kunyit Pagar Telur dipergunakan pada saat Nikah kawin, Khatam AlQuran dan acara-acara adat lainnya. Nasi Kunyit Pagar Telur sering juga dipergunakan untuk membayar nazar atau niat dalam kehidupan masyarakat Melayu Mandau. Nasi Kunyit Pagar Telur juga dipergunakan dalam mencerminkan hubungan baik dan mempererat hubungan antara masyarakat Mandau Desa Balai Pungut dengan Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pada saat itu dan juga melambangkan ucapan selamat datang. 


    Kenapa dipilih replika Nasi Kunyit Pagar Telur yang terbuat dari nasi pulut? 


    Karena jika melihat dari sifatnya bahwa nasi pulut atau ketan menunjukan saling mengikat antara satu dengan yang lainnya dan disini dapat diartikan bahwa antara masyarakat adat Melayu Mandau dengan Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) memiliki hubungan yang harmonis, bersahabat dan mengerti dengan adat budaya Melayu setempat. Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) juga ikut andil dalam pembangunan Desa Balai Pungut. Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) masuk ke wilayah kawasan tanah adat Mandau setelah mendapatkan izin dari Raja Siak Sri Indrapura diperkirakan sekitar tahun 1929.


    Monumen ini terletak ditepi Sungai Mandau, Desa Balai Pungut, Kecamatan Pinggir, Kabupaten Bengkalis, diatas tanah yang dahulu dipakai sebagai dermaga atau pelabuhan bongkar-muat barang Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM). Monumen ini menunjukkan bahwa pada tahun 1932 Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) pertama kalinya menginjakkan kaki di Desa Balai Pungut dan memulai kegiatan pencarian minyak bumi. Hingga sampai saat ini Perusahaan Nederlandsche Pacific Petroleum Maatschappij (NPPM) berubah nama menjadi PT. Chevron Pacific Indonesia (PT. CPI) dan masih beroperasi hingga saat ini, 8 Agustus 2021. Bahkan pada tahun 1970 masih banyak ditemukan tangki minyak bumi dan peralatan lainnya di Desa Balai Pungut.


    Penjelasan tentang Tugu Nasi Kunyit Panggar Telur 


    Nasi kunyit panggar telur berbentuk bulat dan terletak diatas tempat yang terbuat dari tembaga berkaki satu yang disebut “PAHA”. Kemudian PAHA tersebut dibalut dengan kertas berwarna kuning yang diukir sepeti daun bunga dan disebut “SIMBA”. Dimana pada bagian dalam atau kerangka dari Nasi kunyit pagar telur tersebut terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai tempat atau penyangga nasi kunyit yang disebut “SANGGANG NASI”. Kemudian pada bagian dari sanggang nasi kearah luar mempunyai garis tengah yang berbeda sehingga membentuk tingkatan-tingkatan dan bagian ini disebut “KOPUK NASI”. Diatas kopuk nasi inilah dicetak nasi kunyit sehingga membentuk tingkatan tiga, lima atau tujuh tingkat sesuai dengan tingkat/jabatannya di tengah masyarakat melayu Mandau.


    Pada setiap tingkatan nasi kunyit tersebut di tancapkan sebilah bambu yang telah dibalut dengan kertas berwarna kuning dan diujung sebilah bambu tersebut diberi bunga yang terbuat dari kertas yang telah diukir dengan panjang sekitar 25 cm dan diatas itu pula di gantungkan telur yang sudah direbus dengan zat pewarna merah dan keseluruhan dari ini disebut “ULOU-ULOU”. Diatas dari nasi kunyit panggar telur tersebut di tancapkan seikat bunga yang terbuat dari kertas yang melambangkan keindahan, kemakmuran dan kedamaian.


    Latar Belakang :


    Desa Balai Pungut terletak di tepi sungai Mandau dan merupakan salah satu desa yang sudah ada pada zaman Kerajaan Siak Sri Indrapura. Didalam struktur persukuan adat Melayu Mandau, Desa Balai Pungut merupakan wilayah persukuan yang didiami oleh suku Hamba Raja. Fungsi sungai juga merupakan jalur transportasi untuk menghubungkan antara satu desa ke desa lainnya yang ada disepanjang aliran sungai Mandau dan bermuara di Sungai Siak (Kualo Mandau).


    Desa Balai Pungut merupakan desa yang sangat pantas dimasukkan kedalam sejarah berdirinya PT. Chevron Pasific Indonesai karena dari sanalah awal mulanya PT. Chevron Pasific Indonesia mengembangkan kegiatan pencarian minyak bumi dan sudah tentu memberikan kontribusi terhadap berkembangnya kegiatan pencarian minyak bumi oleh PT. Chevron Pasific Indonesia di Sumatera sampai saat ini.


    Untuk memperingati dan mengenang peristiwa yang bersejarah tersebut maka beberapa tokoh masyarakat disana berdiskusi dengan pihak PT. Chevron Pacific Indonesia melalui PGPA Dept tentang usulan dari masyarakat desa Balai Pungut untuk membangun sebuah tugu sebagai simbol sejarah awal mula PT. Chevron Pasific Indonesai melakukan kegiatan pencarian minyak diwilayah tanah adat Mandau guna sebagai kenang-kenangan sejarah untuk anak cucu khususnya Desa Balai Pungut.


    Tujuan :


    Sebagai tonggak sejarah keberadaan PT. Chevron Pacific Indonesia di wilayah tanah adat Mandau.


    Sasaran :


    Dengan adanya tugu ini maka masyarakat Indonesia akan tahu tentang sejarah keberadaan PT. Chevron Pasific Indonesai dan diharapkan kedepannya dapat dijadikan sebagai tempat wisata khususnya untuk masyarakat Riau, Indonesia maupun Manca Negara.


    Referensi:


    Melakukan wawancara dengan para sesepuh masyarakat Balai Pungut diantanya: Syech. Usman, Wak Doni, Adnan YS (selaku Kepala desa saat pembangunan Tugu), Drs. Fachruddin Syarif (Ketua Lembaga Adat Mandau), Sejarah Mandau, sejarah kerajaan Siak Sri Indrapura dll. 


    Demikian catatan sejarah Tugu Nasi Kunyit Panggar Telur ini kami buat sesuai dengan wawancara yang telah kami lakukan dengan orang-orang tua yang juga berperan sebagai tokoh masyarakat setempat dan melihat langsung pada saat itu. Saya menyadari bahwa sejarah ini masih banyak kekurangan yang perlu ditambah karena keterbatasan referensi dalam penyusunan sejarah ini. Demikian dan terima kasih.(*)


    Komentar

    Tampilkan

    Terkini